• Breaking News

    6/01/2017

    Operation Desert Fox, Irak 1998

    Pesawat bomber Amerika Serikat, Rockwell B-1 Lancer, saat persiapan jelang Operation Desert Fox, 1998 (Wikimedia Commons)
    Kupas Copas | Presiden Amerika Serikat Bill Clinton melaksanakan Operation Desert Fox 1998, nama sandi operasi pemboman AS selama tiga hari terhadap Irak untuk menghancurkan sejumlah lokasi yang diduga sebagai pabrik pembangunan Senjata Pemusnah Massal Saddam Hussein.

    Meski pemboman itu dinilai efektif menghancurkan sejumlah infrastruktur militer Irak, masih belum jelas apakah serangan tersebut berdampak besar pada pembuatan Senjata Pemusnah Massal Saddam Hussein, --yang hingga kini masih belum dapat dipastikan eksistensi senjata tersebut.

    Presiden Clinton dilaporkan tidak meminta otorisasi kepada Kongres AS untuk melaksanakan serangan itu. Ia justru berargumen bahwa The 1998 Iraq Liberation Act memberikan justifikasi hukum atas pemboman tersebut.

    Salah satu kutipan undang-undang 1998 itu menjelaskan bahwa "(The 1998 Iraq Liberation Act) harus menjadi kebijakan AS untuk mendukung usaha menghapus rezim yang dipimpin oleh Saddam Hussein dari kekuasaan di Irak".

    Meskipun Kongres AS --yang pada saat itu didominasi oleh Partai Republik, sementara Clinton dari Partai Demokrat-- mendukung pelengseran Saddam Hussein, beberapa di antaranya justru menilai, keputusan Presiden Clinton absurd.

    Karena, Operation Desert Fox dilaksanakan bertepatan dengan hangatnya isu pemakzulan sang presiden akibat skandal perselingkuhannya dengan Monica Lewinsky. Sehingga muncul dugaan bahwa operasi tersebut hanyalah pengalihan isu atas skandal tersebut.

    Pemboman tersebut tidak begitu berdampak bagi Saddam Hussein. Ironisnya, operasi tersebut justru berdampak besar bagi Clinton.

    Karena pada hari terakhir Operation Desert Fox, pada 19 Desember 1998, Bill Clinton dimakzulkan oleh Kongres AS atas skandal perselingkuhannya. (Liputan6)